6.28.2007

Geliat “Kapten” Kosmian


Kamis, 24 Agustus 2006
Oleh : Tutut Handayani.

De appel valt niet ver van de boom. Buah apel jatuh tak jauh dari pohonnya. Inilah yang terjadi pada Kosmian Pudjiadi (44 tahun), putra Sjukur Pudjiadi (70 tahun) – pendiri dan Chairman Grup Jayakarta dan Pudjiadi. Sejak 1996, Kosmian dipercaya ayahnya mengomandani PT Pudjiadi Prestige Tbk. (PP) yang bergerak di real estate, pengembang dan manajemen properti.

Sejatinya, tak mudah bagi Kosmian meraih kepercayaan sang ayah. Jalan berliku mesti dilalui anak keempat dari lima bersaudara ini. Ia mulai membantu ayahnya setamat MBA dari Universitas Loyola Marymount, Los Angeles, Amerika Serikat pada 1986. Proyek pertamanya, pembangunan rumah toko di Depok, sukses. Seluruh unit (350 ruko) habis terjual. Proyek berikutnya, juga sukses. Berkongsi dengan Grup Bangun Tjipta milik Siswono Yudohusodo, Kosmian membangun perumahan Sunter Pratama di Jakarta Utara.

Tahun 1987, Kosmian membuat langkah penting. Mencium peluang kebutuhan ekspatriat akan apartemen sewa, ia pun membangun Apartemen Senopati di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Hasilnya, memang terbukti. Semua unit diserap pasar meski harga sewa saat itu terbilang tinggi (US$ 3 ribu per bulan). Sukses di sini, lima tahun kemudian ia membangun Apartemen Kemang dan Apartemen Prapanca yang juga laris hingga kini (tingkat hunian di atas 90%).

Kendati proyek-proyek tersebut sukses, tak serta-merta Kosmian langsung dipercaya Sjukur. Momen krusial muncul sewaktu suami Ratu Ratih Rosweni ini mendatangi Sjukur dengan gagasan membangun Sol Elite Marbella seluas 82 ribu m2 di Anyer. Sang ayah menolak dengan alasan sangat berisiko. Maklum, nilai investasi yang bakal dibenamkan sangat besar, sekitar Rp 200 miliar. Lalu, Anyer saat itu (1994-1995) belum menjadi tujuan wisata favorit. Begitu pula dengan akses dan infrastruktur menuju lokasi, masih buruk.

“Ide ini sempat memicu perdebatan panjang dengan beliau,” kenang Kosmian yang yakin proyek ini akan menjadi ikon Pantai Anyer, dan memenuhi permintaan tempat berlibur yang layak di pinggir pantai. Akhirnya, ditempuh jalan tengah: Sol Elite Marbella dibangun dengan cara bertahap. “Kamu bikin tahap satu dulu dan buktikan apakah insting bisnis itu benar atau tidak!” Kosmian mengutip tantangan ayahnya kala itu.

Maka, meluncurlah pengembangan tahap pertama senilai Rp 5 miliar. Dan kalkulasi Kosmian tepat. Apartemen setinggi 8 lantai dengan 200 kamar langsung tersewa. Dalam tempo dua tahun, resor bergaya Mediterania ini pun berkembang menjadi 600 unit dengan 1.200 kamar. Adapun rata-rata tingkat hunian pada hari biasa di atas 50%, sementara weekend mencapai 100%.

Bisa dikatakan, proyek Sol Elite Marbella menjadi titik lompat bagi penahbisan Kosmian mengomandani PP. Kesuksesan Sol Elite Marbella membuat Sjukur memercayakan posisi Presdir PP pada anaknya (Mei 1996), sementara dia sendiri menjabat Komisaris Utama. Sebelumnya, Kosmian menjabat Asisten Dirut (1985-1988) dan Direktur Eksekutif (1988-1996).

Namun, menjadi CEO tak serta-merta pula membawa kenikmatan. Amukan krisis moneter ikut menghampiri Kosmian. Salah satu anak perusahaan PP ada yang “nyangkut” di BPPN. Akan tetapi, bukan karena proyeknya yang macet melainkan lantaran bank pemberi kredit (PDFCI) dilikuidasi dan diambil alih BPPN. Pinjaman dari PDFCI digunakan untuk membiayai proyek Sol Elite Marbella.

Demi melunasi utang sekitar US$ 6 juta, beberapa aset properti PP dilego. Di antaranya Hotel Edison di AS, kemudian di Jakarta (town house di Cipete dan kondominium di Kelapa Gading), serta apartemen di Bali. Baru di tahun 2000, utang pokok berhasil dilunasi berikut bunga. Hebatnya, itu tanpa diskon sedikit pun.

Kehilangan aset memang menyakitkan. Namun, selepas tahun 2000 itulah Kosmian seperti menemukan titik pijak berikutnya. Dalam kendalinya sebaga “kapten”, PP sibuk berkonsolidasi sambil mencari berbagai peluang proyek baru. Salah satu yang digarapnya adalah proyek Kota Serang Baru (230 ha) yang sempat tidur selama lima tahun (1997-2002). Sementara Sol Elite Marbella diperluas menjadi kawasan vila dan leisure Bukit Marbella.

Kini, 10 tahun setelah menjadi CEO, diam tapi pasti Kosmian melanjutkan gebrakannya. Pertengahan 2006, ia meluncurkan empat proyek terbarunya. Di antaranya: Marbella Kemang Residence (apartemen strata title 22 dan 20 lantai di atas lahan 7 ha senilai Rp 300 miliar); Marbella Makassar Lagoon Hotel; dan apartemen di Makassar. Bagi Kosmian, khusus proyek Makassar menjadi proyek tersendiri bagi PP. “Karena baru Pudjiadilah yang membangun properti perpaduan hotel dan apartemen di Makassar,” ujar Kosmian mengklaim proyeknya yang senilai Rp 150 miliar di atas lahan 7 ha ini. Terakhir, ia juga membangun Marbella Dago Pakar di kawasan Bukit Dago, Bandung. Proyek senilai Rp 300 miliar di atas lahan 14 ha ini mirip Sol Elite Marbella, tapi memiliki konsep resor di pegunungan.

Karena tak ada makan siang gratis dalam bisnis, Kosmian berjuang keras menjaring peminat untuk proyek-proyek barunya itu. Jurus yang dikembangkannya: Marbella return, semacam guarantee return yang diberikan kepada pembeli unit properti tersebut. Garansi ini dibayarkan penuh tiga tahun di muka. Selain itu, pemilik unit mendapat hak menginap gratis di seluruh jaringan Hotel Sol Melia selama lima kali dalam setahun. Ketiga proyek ini rencananya beroperasi penuh tahun 2008. Adapun pengelolaannya diserahkan kepada Sol Elite Melia dan Hotel Marbella.

Sewaktu membincangkan proyek-proyek terbarunya ini, Kosmian mengaku sangat optimistis. Namun, mengingat nasihat sang ayah, ia juga tetap berhati-hati. Kepada anaknya, Sjukur memang punya petuah berikut: Ambisius adalah sebuah sikap positif, tetapi jangan sampai gegabah, serakah, dan grasa-grusu. Ibarat naik tangga, naiknya satu-satu, tidak boleh sepuluh-sepuluh.

Setelah sempat berdiam di tengah krisis, “Kapten” PP ini tengah menaiki anak tangganya sendiri di atas tangga yang telah dirintis sang ayah. Buah apel memang jatuh tak jauh dari pohonnya.

Tidak ada komentar: