6.28.2007

4848 Rambah Pasar Luar Negeri


Rabu, 20 Desember 2006
Oleh : Tutut Handayani & S. Ruslina

Go international. Inilah impian Dadan Irawan Sarpingi (44 tahun), generasi kedua pemilik jasa taksi/travel 4848, yang menjadi kenyataan. Sejak Juli lalu, 4848 merambah berbagai kota di mancanegara. Di antaranya, Singapura, Kuala Lumpur (Malaysia), Jeddah, Mekkah dan Madinah (Arab Saudi), serta Los Angeles dan New York (Amerika Serikat). Itu masih akan berlanjut. Hingga awal 2007, 4848 siap beroperasi di Toronto, Vancouver (Kanada), Las Vegas, San Diego, San Francisco (AS), Dubai dan Kairo (Timur Tengah).

Sejak menggantikan sang ayah, Irawan Sarpingi – mendirikan 4848 tahun 1959 -- Dadan memang bertekad ekspansi sampai luar negeri. Alumni Jurusan Bisnis Internasional Universitas San Diego, AS (1985-90) ini melihat pasar luar negeri bisa menjadi alternatif menyiasati persaingan bisnis yang makin ketat di Tanah Air. Seperti diketahui, 4848 adalah pionir penyelenggara transportasi -- mengantar dan menjemput penumpang sampai tujuan yang diinginkan -- dengan rute Jakarta-Bandung atau sebaliknya.

Namun, semenjak tol Cipularang dibuka tahun 2005, bisnis semacam 4848 menjamur luar biasa. Puluhan pemain baru bermunculan, dan tidak hanya menawarkan transportasi ke Jakarta, tetapi juga wilayah Jabodetabek. Dampaknya, perang harga antarpemain semakin gencar.

Selain alasan persaingan di dalam negeri, Dadan juga ingin menjadikan 4848 sebagai contoh bagi perusahaan sejenis di Indonesia yang mampu eksis di kancah bisnis dunia. “Kami juga harus bisa menjadi bagian globalisasi itu. Jadi, pemain bukan penonton saja,” ujarnya menegaskan.

Untuk menggarap pasar luar negeri, Dadan membutuhkan waktu persiapan dua tahun. Yakni, mulai dari tes pasar, memilih mitra bisnis, menyiapkan sumber daya manusia, membangun standard of procedure, sampai memahami peraturan dan etika berbisnis di negara tujuan. Untuk itu, Dadan belajar dan menggali informasi di konsulat ekonomi dan perdagangan di setiap negara tujuan. Asalannya, “Supaya kami tidak kecele dalam memilih mitra bisnis.” Pola kerja sama dengan mitra lokal juga dianggap bisa lebih mengamankan bisnis.

Ada dua pola kerja sama yang diterapkan Dadan. Hal ini tergantung pada regulasi bisnis di negara yang bersangkutan. Pertama, sistem kerja sama operasional. KSO ini berlaku di negara-negara yang tidak membolehkan investor asing berinvestasi dalam bentuk penyertaan dana. Contohnya, di Singapura dan Malaysia. Artinya, mitra lokal yang memiliki dan mengelola 4848 Airport Shuttle secara penuh (100%). Pada KSO ini, ada persentase profit sharing: 4848 sebesar 30% dan mitra lokal 70%. Kedua, sistem kerja sama investasi dana. Pola kedua ini berlaku untuk mitra bisnis di Arab Saudi, AS dan Kanada. Untuk tahap awal, nilai kepemilikan saham Dadan sebesar 30% yang jumlahnya bisa ditingkatkan (ada opsi) sampai 49% atau 50%. Sisanya, tentu saja dipegang partnernya. Pengelolaan operasional bisnis dilakukan bersama. Dan, pembagian keuntungan, tentu saja, berdasarkan besaran saham yang dimiliki.

Untuk pasar Arab Saudi, Dadan menggandeng Shaayer, anak usaha Grup Showlaq, perusahaan transportasi milik pengusaha Arab Saudi yang berpengalaman 28 tahun. Di AS, ia bermitra dengan beberapa pengusaha. Hal yang sama dilakukannya di Singapura dan Malaysia: menggandeng pemilik usaha jasa sewa mobil. “Merekalah yang menyediakan dan memiliki mobil sesuai dengan standar 4848,” tutur Dadan.

Meski baru lima bulan berjalan, 4848 yang logonya tertera di bagian dalam dan kaca depan mobil telah mendapatkan pelanggan. Contohnya, General Electric (GE) beserta anak-anak usahanya menjadikan 4848 sebagai referensi, jika stafnya bebergian ke kota-kota yang dirambah 4848. Para tamu Kedutaan Besar RI atau Konsulat Jenderal RI di kota-kota itu juga menggunakan 4848. Bayu Buana Tour & Travel pun menunjuk 4848 sebagai mitra taksi bagi wisatawan yang melancong ke kota-kota yang ada 4848-nya.

Jahja B. Soenarjo, pengamat bisnis dari Direxion Consulting, menilai 4848 jeli melihat peluang. Layanan 4848 menjadi alternatif pilihan konsumen Indonesia di luar negeri. Paling tidak, kehadiran 4848 dapat mengatasi satu kendala: komunikasi. Juga, mengurangi rasa kangen pada Tanah Air. “Apalagi, kalau sopirnya orang Indonesia serta tata cara pelayanannya pun sama dengan di sini, wah pasti banyak yang suka,” ujar Jahja yang turut bangga 4848 berhasil go international.

Tidak ada komentar: